Nov 13, 2019

Nasi Basmathi dan Komunikasi

Beras di rumah habis, sementara R2 dari kemarin agak demam dan suami sedang di rumah, replacement day-off. Dengan demikian jadilah saya minta Paksu (Pak Suami) untuk membeli beras ke warung bawah. Alhamdulillah kami tinggal di apartemen yang lengkap dengan berbagai jenis usaha di lantai dasar. Dari mulai toko elektronik, optik, sampai warung sembako pun ada.

Beras disini tidak sepenuhnya produksi dalam negeri (bahasa disini: beras tempatan, alias beras lokal), banyak juga beras impor, kebanyakan dari Thailand. Dari negara lain saya belum pernah coba. Kami pengguna beras impor, bukan karena sok gaya atau sok kaya ya, tapi lebih karena rasa. Buktinya, saya tetap pilih poduk impor versi murah..hihi.

Saya memberi pesan pada Paksu untuk membeli beras yang biasa kami pakai, disertai merk alternatif jika tidak ada. Dan jika tidak ada merk alternatif pun, tetap harus beli beras, asal bukan beras tempatan. 

Dan lalu Paksu kembali dengan membawa bungkusan yang relatif kecil dari ukuran yang biasa kami beli.
" Beli yang berapa kilo Mas?" tanya saya,
" 5 kilo." jawabnya santai.
Karena penasaran, saya langsung memeriksa isi bungkusan itu, bungkusan beras kemasan 5 kg, dengan tulisan : Beras Basmathi, grade super, import.

saya : " ooh.. kok beli beras basmathi?"
Paksu : "Kan kata kamu jangan beras tempatan, yang ada cuma itu yang bukan tempatan. Yang lainnya nggak ada."
saya : **agak speechless.

Mau ngambek... nggak tega, karena udah dibantu, tapi agak kesal juga iya, karena setahu saya beras basmathi lebih mahal dan agak beda cara memasaknya.
Daan benar saja, harga nya dua kali lipat dari harga beras putih impor! Subhanallah... *atur napas
Hasil gugling, ternyata beras basmathi ini perlu di rendam dulu sebelum dimasak. Yak! baiklah.. ini salah satu ujian kesabaran dalam pernikahan, haha.

Cara memasak beras basmathi (sumber: mbah gugel):
  • rendam beras dengan air selama 20 menit
  • cuci bersih
  • tambahkan air dengan perbandingan 1 : 1.5
  • masak hingga matang, diamkan sebentar, lalu aduk
  • hati-hati saat mengaduk, jika perlu pakai garpu agar nasi tidak pecah (apaaaah?!  mengaduk pakai garpu mau selesai berapa lama ceu irooh ?! keburu lapar.)
Begitulah, akhirnya kami ikuti arahan memasak itu. Iya kami, saya minta Paksu yang memasak, saya hanya mendampingi.. hehe. 


Voila! jadi juga nasinya. Alhamdulillah tidak keras, dan tidak perlu diaduk pakai garpu. Diaduk seperti biasa saja cukup, rasanya juga lebih enak dari nasi putih biasa.. ya mungkin karena ini juga kenapa lebih mahal ya.. . Maasyaa Allah. 
Nasi basmathi ini yang biasanya dipakai untuk membuat nasi briyani, bulir nasinya lebih panjang dari nasi putih. Disini hampir di setiap resto nasi kandar menyediakan nasi briyani.

Dan yang ini sisa nasi basmathi yang di keesokan hari nya dibuat nasi basmathi garlic butter dan nori telur keju..hehe panjang ya, tapi penampakannya minimalis seperti ini :


Setiap memasak nasi saya tidak pernah lagi memakai fitur warm di rice cooker. Jadi nasi hanya dipanaskan pakai microwave saat akan dikonsumsi, jika ada sisa nasi biasanya langsung disimpan di kulkas pakai wadah tertutup. Nasi left over ini yang biasanya diolah lagi jadi nasi goreng untuk sarapan, atau bisa juga dibuat nasi lemak atau nasi uduk ala-ala. 

Penarikan kesimpulan, bicara atau berkomunikasi dengan suami ibarat pakai mode programming dan coding, if X then Y, if Y else Z, dst., begitu nggak lengkap ya jangan salahkan si pembaca (suami), mungkin kita yang kurang ngodingnya (ini serius kaka, biar nggak baper ya..).
Setiap miskom yang terjadi, insyaa Allah ada manfaat dan hikmah yang bisa dipetik. Dengan adanya miskom edisi kali ini, kami bisa mencoba masak nasi basmathi dan makan enak untuk setidaknya 2 minggu ke depan. Alhamdulillah... 

No comments:

Post a Comment