Aug 31, 2020

Sabar dan Syukur




Hari Rabu, 22 Juli 2020, hari pertama anak-anak kembali masuk sekolah setelah 3 bulan lebih stay at home karena covid-19. Bersamaan di pagi hari itu juga saya harus masuk hospital untuk tindakan kuret karena kandungan yang berusia 8 minggu ternyata kosong, alias tidak ada janin didalamnya (blighted ovum). Tanggal 12 Agustus 2020 saya kembali masuk rawat inap, di RS yang sama, untuk tindakan ablasi jantung, sebagai bagian dari upaya mengobati aritmia yang sudah terasa sejak 10 tahun yang lalu. 

Mungkin orang yang mendengar atau tahu cerita saya ini akan bicara: kasihan kamu, dikasih cobaan bertubi-tubi.

But NO, alhamdulillah saya tidak merasa seperti itu.

Dengan kehamilan kemarin itu, akhirnya saya bisa mendapat pemeriksaan jantung disini (Penang). Karena sebelumnya saya coba berobat ternyata 'terjegal' di klinik tingkat pertama, hanya terdeteksi sebagai sakit di bagian dada akibat salah posisi tidur.


Alhamdulillah akhirnya bisa bertemu dengan dokter sub spesialis yang memang menangani masalah listrik jantung, elektro fisiologis nama keilmuannya. Lain waktu saya cerita soal ini, siapa tahu ada yang mengalami masalah yang sama.

Jadi, intinya adalah I'm fine, I'm okay..alhamdulillah. Meskipun jauh dari keluarga, suami dan anak-anak ternyata bisa ditinggalkan dan diandalkan MasyaaAllah. Meskipun belum diberi amanah lagi, tapi memungkinkan pengobatan dijalani kembali. Meskipun di rumah sakit hanya sendiri, tapi semua perawat disana cukup baik hati.

Di saat seperti ini terasa betul manfaat bersabar dan menyelipkan rasa syukur. Seperti yang dikatakan Pak Ustadz: sebenarnya semua kondisi di dunia ini hanya perlu dihadapi dengan sabar & syukur.
Sabar saat diberi ujian dan bersyukur saat diberi nikmat.

Salam,

momimel

No comments:

Post a Comment