Oct 4, 2020

Pengalaman Ablasi Jantung di Penang (1)

Di Bulan Agustus 2020, saya menjalani prosedur ablasi jantung di sebuah rumah sakit disini (Penang). 

Apa itu ablasi jantung?

berdasarkan keterangan di Mayo Clinic, ablasi adalah sebuah tindakan untuk memperbaiki/menangani gangguan irama jantung (aritmia).

Yes, I've been diagnosed with arrhythmia

Penyakit yang sama dengan yang dialami salah satu selebriti muda beranak satu yang sempat heboh beberapa waktu kemarin. Hanya saja penyebab artimia kami yang berbeda. Aritmia yang dia (sese-artis tadi) alami akibat dari adanya hipertiroid, sementara saya.. tidak diketahui sampai sekarang..hehe. Bawaan lahir, itu saja keterangan dari dokter.

Photo by Hush Naidoo on Unsplash

Awal mula, Gejala, dan Diagnosa Aritmia

Jalan cerita tentang penyakit ini dimulai tahun 2010, saat saya menjalani kehamilan pertama. Apa saja gejala yang saya rasakan? tiba-tiba jantung berdegup kencang dan sakit. Tidak ada riwayat sakit jantung sebelumnya, tidak ada hipertensi, kadar kolesterol dalam darah baik, semuanya normal.
Saya akhirnya mendatangi dokter jantung di salah satu RS swasta di Bandung. Belum ada diagnosa yang tegak dari dokter saat itu, mungkin karena saya dalam kondisi hamil. Sama sekali tidak diberikan obat, hanya disarankan untuk duduk tenang dan minum air dingin jika gejala itu datang lagi.

Kehamilan kedua (2012) alhamdulillah lancar, sama sekali tidak muncul gejala aritmia sampai lahiran. Hingga akhirnya di tahun 2015 gejala itu kembali muncul saat saya sedang beraktivitas di kantor, yang membuat saya akhirnya digadang langsung ke UGD RS terdekat, hanya berdua, diantar driver.
Kondisi saya saat itu masih sadar hanya saja memang di bagian jantung terasa sakit seperti ditekan, eh seperti diperas lebih tepatnya. Dokter spesialis jantung di RS kedua sempat bilang bahwa kinerja jantung saya sudah sangat lemah dan ada pembengkakan jantung, tapi penyebabnya belum diketahui. Ok, that scared me much.
Dokter juga sempat menjadwalkan kateterisasi jantung untuk melihat kondisi disaluran jantung. Tapi qadarullah, tindakan tidak jadi dilakukan karena alat di RS sedang rusak, dan setelah itu tidak ada follow up lagi. Sengaja tidak saya follow up karena takut dan merasa sudah baik-baik saja.

Saya baru kembali berobat ke dokter jantung saat akan hijrah ke Malaysia. Saat itu dilakukan USG jantung dan EKG seperti biasa, ajaibnya dokter berkata tidak ada yang perlu saya khawatirkan, hanya ada sedikit bocor (( *bocoor )) di jantung dan tidak akan akan membesar, yang perlu dilakukan hanya menenangkan diri dan jangan stress. Diberitahu seperti itu saya tenang dong ya.

Sampai akhirnya Juli kemarin saat saya memeriksakan awal kehamilan, Dokter Spesialis Obgyn disini merujuk ke dokter spesialis jantung saat tahu ada yang aneh dengan irama jantung saya. Setelah dilakukan EKG dan USG jantung akhirnya saya dirujuk lebih lanjut ke sub spesialis: elektrofisiologi (EP). Ternyata elektrofisiologi ini adalah keilmuan khusus untuk listrik jantung. MasyaaAllah..
di RS itu memang ada satu dokter subspesialis elektrofisiologi. Di Indonesia sebenarnya sudah ada beberapa dokter ahli elektrofisiologis, tapi qadarullah, rencana terbaik dari Allah, saya baru bisa bertemu ahlinya disini.

Oia, saya memang tinggal di Penang sejak awal Tahun 2018 karena ikut suami ya, jadi bukan sengaja kesini untuk berobat..hehe.

Baca Juga : Welcome to Penang

Photo by Christina Victoria Craft on Unsplash

Menurut informasi dari dokter, kondisi aritmia sangat berpeluang untuk sembuh normal permanen melalui tindakan ablasi, dan sangat mungkin tidak perlu obat seumur hidup seperti penyakit jantung yang lain. Tapi saat itu tindakan abalasi tidak bisa langsung dilakukan untuk kondisi saya yang masih dalam dalam masa hamil muda (12 minggu), kondisi yang masih masuk kategori kontraindikasi untuk ablasi.
Dokter menjadwalkan untuk dilakukan pemeriksaan intensif dan tindakan saat usia kehamilan 7 bulan, usia yang dianggap aman untuk baby dalam kandungan.

Qadarullah, beberapa minggu kemudian ternyata kehamilan saya harus diterminasi karena blighted ovum dan akhirnya langsung dijadwalkan untuk ablasi. Maybe this is God's good will for you, kata dokternya saat tahu saya sudah tidak hamil. 

Persiapan Tindakan Ablasi

"Eh wait, biayanya berapa dok?" itu pertanyaan kami saat ditawarkan ablasi oleh dokter.
Sebagai informasi, disini tidak ada jaminan kesehatan seperti yang dikelola BPJS Kesehatan di Indonesia, warga negara disini bebas dari biaya jika harus berobat ke RS Pemerintah, dan bisa mendapatkan keringanan biaya di RS Swasta. Sementara foreigner alias WNA seperti kami ini mengandalkan asuransi kesehatan dari kantor masing-masing dan juga biaya sendiri...hehe.

Biaya tindakan ablasi jantung disini saat ini sekitar RM 40.000 - 50.000 (ringgit Malaysia), silakan boleh dihitung ke rupiah dengan kurs sekarang ya. Ini diluar biaya pemeriksaan kontrol dokter dan persiapan tindakan (holter, EKG, dan USG jantung).

Alhamdulillah ada penjaminan dari asuransi kantor suami meskipun hanya bisa dijamin sebagian dari biayanya. Saya kurang tahu untuk biaya ablasi di Indonesia, yang jelas tindakannya ada di RS Jantung Harapan Kita dan beberapa RS khusus jantung. Ablasi bisa ditanggung oleh BPJS Kesehatan berdasarkan info disini, silakan bisa dikonfirmasi langsung ke pihak terkait.

Dokter menerangkan dengan detil mengenai rencana tindakan ablasi yang akan dilakukan. Menerangkan posisi jaringan jantung yang akan di'solder' (menunjukkan dengan model jantung) dan apa hasil yang diharapkan pasca tindakan serta rencana tindaklanjutnya nanti. Saya dan suami bebas bertanya apapun mengenai tindakan ini dan dokternya juga bersedia membantu melengkapi dokumen untuk kepentingan penjaminan asuransi. Alhamdulillah.

Karena tindakan Ablasi yang akan dijalankan ini berupa tindakan non bedah, jadi saya tidak diminta untuk berpuasa sama sekali. Makan seperti biasa, tidak ada pantangan. Yang menjadi perhatian justru ketersediaan ruangan rawat inap. Menurut info dari dokter, saya perlu menginap 1 malam pra & pasca tindakan. Kenapa sebelum tindakan harus menginap? simply karena biasanya RS yang saya datangani ini ruang inapnya penuh.. subhanallah. 

Ablasi Jantung dengan kateter


Menjalani Ablasi Jantung

Ablasi jantung dilakukan dengan membuat jaringan parut atau merusak jaringan di jantung yang menjadi pemicu atau membuat irama jantung tidak normal (aritmia). Dalam beberapa kasus, ablasi jantung bekerja dengan mencegah sinyal listrik abnormal memasuki jantung, sehingga dapat menghentikan aritmia.

Ablasi jantung biasanya menggunakan tabung panjang dan fleksibel (kateter) yang dimasukkan melalui vena atau arteri di selangkangan dan diulirkan ke jantung untuk mengalirkan energi dalam bentuk panas atau dingin yang ekstrim untuk memodifikasi jaringan di jantung yang dicurigai menyebabkan aritmia.
Terkadang ablasi jantung dilakukan melalui operasi jantung terbuka, tetapi yang lebih sering adalah dengan menggunakan kateter, sehingga prosedurnya tidak terlalu invasif dan mempersingkat waktu pemulihan. (sumber: Mayo Clinic)

Meskipun yang saya jalani adalah ablasi dengan kateter yang relatif lebih aman dan lebih cepat pulih, tapi masih ada risiko dalam pelaksanaannya, diantaranya yaitu risiko perdarahan di jantung saat tindakan (yang bisa menjadi alasan dilakukan operasi jantung terbuka), ada kemungkinan harus dilakukan lebih dari satu kali, dan bisa terjadi kerusakan pada jantung atau pembuluh darah, bahkan bisa menyebabkan serangan jantung. Meski ada kekhawatiran mengenai risiko ini, tapi saya sudah memasrahkan diri hanya bisa berdoa selama menjalani ikhtiar penyembuhan ini.

Beberapa titik tempat masuk kateter pada ablasi
 

Berangkat hanya berdua dengan suami, meninggalkan 2 anak kecil di rumah sampai larut malam, saya akhirnya bisa masuk ruang rawat di tanggal 12 Agustus 2020. Ada miskomunikasi antara pihak asuransi dengan pihak administrasi RS sehingga saya baru bisa masuk ruangan pukul 18.00. padahal sudah ada di rumah sakit sejak jam 10 pagi. Yes.. 8 hours waiting, so bukan hanya di Indonesia ya..hehe, lalu saya & suami marah-marah di RS? nggak, hanya bisa sabar dan memaklumi saja karena memang urusan administrasi ini salah satu syarat kalau memang ingin dijamin asuransi (wayahna we lah kalau kata orang sunda..hehe), selain itu faktor bahasa juga membuat malas untuk marah disini..hehe. Mending simpan tenaga untuk fokus ke tindakan dan pemulihan, dan suami juga fokus mengurus anak-anak di rumah sementara istrinya harus menginap di RS.

Suami hanya bisa menemani di RS hingga lepas maghrib karena harus menjaga anak-anak di rumah, yang selama proses bolak-balik dan rawat inap di RS anak-anak sangat kooperatif dan bisa tenang, biidznillah.
Tidak lama masuk ruangan dan berganti pakaian pasien, suster datang dan menyiapkan alat untuk memasang jarum infus. Ok, saya agak senewen masalah jarum suntik, tapi harus mulai terbiasa sejak harus beberapa kali dirawat di RS. Dan kali ini saya mendapat jackpot, infus dipasang di kedua lengan. Satu di tangan kiri, dan satu lagi di lengan bagian kanan. Selama memasang jarum infus perawatnya bersikap sangat baik dan berempati. Berkali-kali say sorry karena akan terasa sakit sedikit, dan juga menjelaskan bahwa saya masih tetap bisa bergerak dan mandi karena bandage yang dipakai bersifat waterproof

Langsung dipasang infus artinya tidak lama lagi akan masuk ruang tindakan, pikiran saya berkata begitu. Ternyata tidak, dokter baru datang berkunjung ke ruangan esok paginya dan tindakan akan dilakukan besok juga di sore hari menjelang malam. Baiklaaah, apapun lah dok asal cepat saja (sekarang ngomong begini gampang ya, tapi waktu itu yang ada deg-deg-an sepanjang malam, hanya bisa berdoa di kesendirian..*halah)

Keesokan harinya, saya baru dihantar ke ruang persiapan tindakan sekitar maghrib. Dan masuk ruangan tindakan dengan berjalan kaki. Yak betul, bukan dengan kursi roda apalagi bed seperti tindakan operasi pada umumnya. Masih dalam kondisi sadar tapi kurang fokus karena kondisi ruangan yang sangat dingin dan gelap.

(bersambung...)

No comments:

Post a Comment